Jumat, 14 Oktober 2016

Renungan Untuk Para Kaum ISTRI!!!! Istri Itu Penentu Nikmat, Rejeki dan Surga Suami loh... Simak Berikut Ini...

“Dek, tadi Mas mau di beri uang lima belas juta kontan oleh perusahaan provider rekanan perusahaan Mas yang kemarin. Itu juga bila kurang ingin ditambah lagi. ”

“Uang apa? Hati-hati ya Mas, ade tidak ingin Mas ngambil uang yang abu-abu tak jelas. Saat ngasih uang tanpa ada ada sebabnya ‘kan mustahil. ”

“Iya, memang Mas tolak, kok. Dokumen penagihan mereka yang nilainya sebagian ratus juta ada sama Mas, Mas katakan, ‘uang ini kasih buat kantor saya yg tempo hari, ini tidaklah hak saya. Karena saya tidak bekerja di sana lagi sekarang ini. ’ Bapaknya tadi menyampaikan, apabila Mas menginginkan besok atau kapan menginginkan ambillah uangnya dipersilakan. Bagaimana menurut Adek? ”

“Jangan, ah. Gapapa kita susah, asal jangan pernah makan hak orang lain. Berat Mas pertanggungjawabannya, mengalir di tubuh anak. Anak-anak jadinya bandel, akan tidak barokah Mas hidup bila kita ngambil hak orang, hati pasti tak tenang, hiii… ngeri, naudzubillah! ”
“Iya, Mas juga bangga kok tak ngambil uang itu, walaupun dalam kondisi kita yg begini. ”


Sekelumit percakapanku dengan suami lima th. waktu itu. Di mana saat itu yakni saat transisi suami geser ke perusahaan baru, sesaat saya baru saja melahirkan anak ke-2, tentu biaya dan kepentingan makin banyak, saya yang waktu itu baru pulang dari kampung, usai persalinan memakai uang yang banyak, di lebih lagi sebulan setelah itu suami baru bisa panggilan kerja di perusahaan baru, jadi sepanjang satu bulan, kami harus makan uang tabungan, perhiasan serta uang DP rumah juga habis terpakai, untuk cost perawatan saya serta buat cost hidup yang lain.

Duit lima belas juta, bukanlah nominal yang “wah” buat kami waktu suami masih tetap di perusahaan lama. Walau demikian, waktu saat transisi, uang lima belas juta itu begitu sangat mengundang selera, mengingat kondisi kami yang sudah tidak seperti dulu lagi.

Contoh saya sebagai istri khilaf, dan memaksa suami untuk mengambil saja uang itu, saya yakini suami pasti mengambilnya. Tetapi saya sadari, saya yakni pemicunya suami saya masuk neraka.

Saat itu, Allah benar-benar menguji keimanan kami berdua. Uang sudah menipis, gajian juga masih tetap jauh, biaya hidup di Balikpapan yang demikian mahal, ditambah lagi hidup di kota besar, buat hal mustahil bila kami menolak uang dengan nominal yang banyak.

Terutama saya yang lebih dahulu miliki kebiasaan konsumtif, beli satu hal tidak ada harus pikirkan 2 x, benar-benar sulit terima ketetapan suami yang minta resign dari posisi yang sudah nyaman dari perusahaan lamanya.

Sebagai istri saya hormati ketetapan suami. Walau harus siap dengan kondisi baru yang hasil pendapatannya tak seberapa apabila di banding lebih dahulu.

Saya sering katakan pada suami, bila buat saya dunia ini tidaklah segala-galanya untuk, saya memang sukai perhiasan, shopping, kongkow di mall, makan-makan di restaurant menawan, beli apa saja yang saya menginginkan. Tetapi tahu batasan mana yang butuh saya ambil bagiannya hingga tidak makan uang yang tidaklah jadi hak kami.

Banyak suami yang terlilit permasalahan korupsi, untuk penuhi tuntutan istrinya yang minta ini itu tidak ada harus pikirkan 2 x itu uang siapa, halal atau tidak. Karena pada dasarnya lelaki terlebih suami, punyai perasaan inginkan selalu membahagiakan istri serta anak-anaknya. Apabila wanita tidak bisa melakukan tindakan sebagai istri yang bisa menyelamatkan suaminya dari bahaya maksiat salah satunya korup, jadi saksikan saja, dibuatnya sang suami lupa daratan, lupa bila hak orang tidak harusnya digunakan untuk keperluan pribadi.

Istri harusnya sadar, bila ia penentu kebaikan suaminya, ia memegang manfaat penting juga dalam ketetapan rumah tangga. harusnya ia sadar, bila suaminya nanti harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Begitu banyak istri yg tak mempedulikan hal sejenis itu, mungkin saja saja lupa pada pengucapan Nabi, bila penghuni paling banyak di neraka yakni wanita.

Tak bergidikkah ia pikirkan suaminya nanti disiksa buah dari keinginannya yang silau akan dunia.

Seorang suami kadang-kadang memang dilematis hadapi kondisi istrinya yang minta peralatan menawan, perhiasan, dan kemewahan yang lain. Tidak dituruti ngancamnya minta cerai, beberapa berang serta menekuk muka hingga 180° celcius.

Perasaan lelaki itu bikin perlindungan dan inginkan membahagiakan, jadi waktu sang istri menuntutnya harus begini dan sekian mesti, lama kelamaan pasti sang suami di pengaruhi juga.

Seorang suami juga sebaiknya ingat, bila ia yakni pemimpin dalam rumah tangganya, pengambil ketetapan terbesar, serta orang yang pertama kalinya dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. Tidak harusnya lemah, patuh dan tunduk pada kemauan serta perintah istri yang mana perintah itu menyebabkan ia jadi penghuni neraka Jahanam.

Pemimpin itu harus kuat serta tegas dalam mengambil keputusan, tidak cuma ketetapan permasalahan dunia, tetapi juga ketetapan akhirat. Sayang istri dapat, tetapi tidaklah sekian langkahnya. Ikuti kemauannya lewat cara membabi buta, tak mematuhi koridor syar’i yang telah Allah tetapkan.

Suami itu imam untuk keluarganya, jadi makmum mesti ikuti imam, bila imam kerjakan kesalahan, makmumlah yang mengingatkan.

Tidaklah jadi sebaliknya. Makmum memerintahkan imam kerjakan pelanggaran dan kesalahan eh imamnya jadi manut pada makmum.

Logika darimana ini?

Ingatlah wahai beberapa suami, ingat saat nantinya kalian dihadapkan dan di bertanya Allah mengenai nafkah yang kalian berikanlah pada istri dan anak-anak kalian, apakah tega kalian menjawab,

“Dari hasi korupsi ya Allah, dari hasil merampas hak orang, dari hasil menipu dan dari hasil perbuatan-perbuatan haram yang Engkau larang”

Begitukah kalian bakal menjawab pertanyaan Allah nanti, wahai beberapa suami?

Atau kalian akan menjawab waktu di bertanya mengapa hal semacam itu kalian lakukan,

“Karena sayang istri ya Allah, takut ditinggalkannya, atas perintah istri”

Baguskah jawaban yang seperti itu apabila dilontarkan di hadapan sang Khalik?

Pantaskah kalian menjawab karena lebih takut pada istri daripada pada Allah?

Benarkah jawaban kalian wahai beberapa suami kerjakan maksiat atas perintah istri?

Istri juga harusnya demikian, sebaiknya berpikirlah terlebih dulu memerintah dan menyuruh suami kerjakan perbuatan yang dilarang Allah.

Istri….

Pakai iman dan logikamu, jangan pernah menginginkan diperbudak nafsu. Kesenangan dan kemewahan hidup di dunia dari satu hal yang haram serta gemerlap hidup yang anda rasakan tak bertaham lama, tidak akan membawa kemuliaan bagimu. Anda dimuliakan di dunia saja, dimuliakan oleh manusia tidaklah oleh Allah.

Anda terlihat, memukau dengan perhiasan mewahmu, dengan kemewahan-kemewahan lain yang anda pamerkan serta anda gunakan tetapi anda yakni seorang durjana nista di mata Allah! Itu kah yang anda mengharapkan?

Apa yang anda mencari wahai sebagian istri? Hidup ini sebentar, tak kasihankah kau pada suamimu apabila nanti harus disiksa buah dari perbuatanmu?

Coba kau tatap muka suamimu saat ia tertidur, muka lelahnya yang menanggung beban hidup untuk kebahagiaanmu dan anak-anakmu, suamimu lembur, dimarahi atasannya, pulang kerumah anda cerca lagi dengan kemauanmu yang penuh kemanjaan serta keserakahan, anda seret suamimu kerjakan perbuatan haram untuk ego mu, gengsi hidup yang kau utamakan, melupakan kewajibanmu sebagai pengingat atas kesalahan imammu, jadi anda yang mendorong suamimu masuk neraka.

Tidak bisakah anda pikirkan sedikiiiit saja, bila lelaki yang kau sebut-sebut sebagai belahan jiwamu nanti menahan siksa api neraka akibat nafkah haram yang diberikannya akibat kemauanmu serta tuntutanmu yang begitu banyak?

Kasihanilah suamimu wahai istri, ingatlah penghuni neraka banyak ditempati oleh kelompok kita.

Jangan sampai kau utamakan gengsi, Allah tidak akan kemukakan pertanyaan seberapa gengsimu saat masih tetap di dunia, Allah ajukan pertanyaan tanggung jawab dan perananmu sebagai istri.


Apa yang akan anda jawab waktu Allah ajukan pertanyaan nanti,

“Mengapa anda jerumuskan suamimu kerjakan perbuatan haram? ”
Anda akan menjawab apa wahai istri?
Berpikirlah.
Sadarlah.

Sadar, bila hidup ini sebentar. Anda mulia bahkan bidadari syurga juga cemburu pada kemuliaanmu, jangan sampai anda menyebabkan rusaknya kemuliaan itu. Ajak dan gandenglah suamimu menuju jalan ke syurga. Itu lebih baik bagimu.

Tidak butuh dengarkan apa kata orang, lakoni hidupmu dengan jalan yang sudah Allah tentukan. Jangan sampai hak orang lain kau rampas untuk harta dan gemerlap yang dunia janjikan.

Jangan sampai!
Wahai istri, di syurga sana banyaak sekali perhiasan menawan yang lebih menawan dari apa yang anda pakai saat di dunia, banyak sebagian tempat indah daripada hanya tempat yang kau kunjungi di dunia.

Pikirkan dan sadarlah, uang haram buah dari tuntutanmu pada suamimu, akan memgaliri darah anak-anakmu.

Ingatlah pada maksud hidupmu.
Dunia ini akan kiamat dan anda bersiaplah menuai dari apa yang anda tanam. Neraka itu panas. Pernahkan tanganmu melepuh wahai istri? Bagaimana perasaan? Panas, bukan?

Jadi neraka lebih panas dan bukan hanya melepuhkan kulit halusmu, tetapi menghancurkan hingga tulang belulangmu. Ingatlah itu!

Jadi.
Benar sekali apa yang Rasulullah katakan, bila menikah dengan wanita jadi yakinkan yang paling baik agamanya, walau tidak melupakan tiga pilihan lebih dahulu.

Karena wanita yang besar kesadaran akan perintah agamanya pasti tidak akan menjerumuskan lelakinya pada lembah kemaksiatan.

Semoga makin semakin banyak lagi istri yang benar-benar sayang pada suaminya, tidak cuma sayang untuk hal duniawi, tetapi sebenar-benarnya sayang hingga berbuah syurga dan senantiasa menahan suaminya agar tidak kerjakan perbuatan hingga tak mematuhi batas syar’i seperti yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an.
Insya Allah.
Aamiin..