Cerita bermula dari 3 bulan waktu lalu, suamiku ketahuan selingkuh dengan wanita lain. Saya yaitu ibu dari dua orang anak, anakku yang putra 3 tahun serta putri belum satu bulan. Waktu saya hamil, saya telah berprasangka buruk dengan gerak gerik suamiku yang mencurigakan. Nyatanya benar, dia selingkuh di belakangku serta saya marah.
Awalannya dia ngomong sendiri tidak ingin bercerai serta dia bakal mengambil keputusan jalinan dengan wanita itu. Wanita itu bahkan juga telah h4mil serta suamiku ingin bertanggungjawab untuk anak itu dengan memberikannya cost bulanan namun suamiku tidak bakal pernah turun tangan menjaganya. Wanita murah4n tetaplah murah4n, wanita itu jadi kerjakan!. Saya segera suruh suamiku untuk hapus nomornya, serta bahkan juga suamiku saya paksa untuk ubah nomer telfon.
Awalannya jalan baik, namun tak tahu bagaimana, suamiku jadi menghubunginya lagi. Saya hingga pusing. Kita kerap pertikaian dikarenakan wanita ini. Suamiku berkata bila dia tak dapat lupa dengan wanita ini karna perasaan bersalah, serta dia juga begitu menyukai saya! Saya tidak tahan diperlakukan seperti ini, saya minta cerai sama dia. Walau demikian, suamiku berlutut memohon saya tidak untuk menceraikan dia.
Jalinan suamiku dengan wanita itu seperti kontak stop listrik, hapus nomer, nyambung lagi, hapus nomer, nyambung lagi. Hingga sehari kita berkelahi hebat hingga keluarga dia yang awalannya tidak tahu apa-apa, jadi berdiri dipihakku!
Saya mencari wanita itu, wanita bajingan itu! Dia baik-baik ngomong dengannya untuk menjauhi suamiku. Namun, balasannya yaitu, mereka berdua sama-sama menyukai, serta mereka oke-oke saja dengan jalinan seperti ini, dia juga tak memohon suamiku menceraikan saya. Siapa yang dapat terima sih
Hingga 1 hari, saat saya minta ditiduri oleh suamiku, dia oke saja! Namun tahu tidak apa yang dia lakukan? Biasanya dia yang begitu lembut di ranjang, kesempatan ini dia begitu kasar! Bahkan juga begitu buas! Saya bahkan juga rasakan sakit yang luar biasa dibagian alat! Saya begitu marah mulai sejak waktu itu serta saya mengambil keputusan untuk cerai! Bila dahulu dia tidak ingin cerai, kesempatan ini dia dengan senang hati menerimanya dengan lapang dada!
Tetapi, tiap-tiap malam, saya lihat anak-anakku yang masihlah kecil. Bagaimana anak-anakku mesti tumbuh tanpa ada seseorang ayah? Saya ragu, apakah ketentuan ceraiku ini akan tidak menghadirkan kosukensi yang besar buat aku, serta anak-anakku yang masihlah kecil ini? Saya stres berat, serta apa yang perlu saya kerjakan?